Entri Populer

Rabu, 26 Mei 2010

Al-Qur'an sebagai Sumber Peradaban

ALQURAN memiliki posisi yang amat vital dan terhormat dalam masyarakat muslim di seluruh dunia. Di samping sebagai sumber hukum,pedoman moral,bimbingan ibadah dan doktrin keimanan,Alquran juga merupakan sumber peradaban yang bersifat historis dan universal.
Dari enam rukun iman yang diyakini umat Islam,ada dua yang tidak gaib, yaitu sosok Nabi Muhammad sebagai sosok historis dan kitab suci Alquran yang bisa kita baca dan kaji kandungannya. Sosok Nabi Muhammad pun bisa disebut gaib dalam pengertian kita tidak hidup sezaman dan hanya mampu membaca dan memahami sebagian kecil saja dari keseluruhan riwayat hidupnya.
Dengan demikian, pintu gerbang yang terbuka untuk mendalami ajaran Allah adalah melalui kitab suci Alquran. Namun,kita pun sadar bahwa pesan Allah yang terkandung dalam Alquran yang sedemikian luas dan dalam tidak mungkin kita kuasai sepenuhnya hingga tuntas.
Mungkin itulah sebabnya sejak awal mula diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad sampai hari ini, berbagai ulama tafsir selalu bermunculan dan berbagai buku yang diinspirasi oleh ayat-ayat Alquran senantiasa terbit. Tidak ada sebuah teks yang melahirkan teks-teks lain yang tak terhitung jumlahnya, kecuali teks suci Alquran.
Yang juga sangat menarik direnungkan, begitu kita membuka dan membaca teks suci Alquran,Alquran sendiri menyuruh pembacanya untuk mengaitkan pesan dirinya dengan teks-teks kauniyah, yaitu wahyu Tuhan yang terhampar dalam jagat semesta. Tidak hanya ayat semesta, Alquran juga menyuruh kita mengintegrasikan pesannya dengan ayat-ayat nafsiyah dan tarikhiyah, yaitu hukum Allah (sunatullah) yang tertulis dalam diri manusia dan dalam hukum sejarah.
Dengan demikian, terjadi hubungan dialektik dan saling menafsirkan antara wahyu yang tertulis dalam mushaf Alquran (ayat kitabiyah) dan ayat yang terhampar dalam jagat semesta (ayat kauniyah) dan wahyu tertulis dalam diri manusia (ayat nafsiyah) serta wahyu yang bekerja melalui hukum sejarah (ayat ijtima’iyah- tarikhiyah).Peradaban Islam akan tumbuh dan berdiri kokoh manakala mampu mengintegrasikan keempat pilar ini.
Sejak awal mula diwahyukan, Alquran sangat menekankanbetapavitalnya mengubah pola berpikir bangsa Arab kala itu yang hidup dalam budaya iliterasi (ummy) agar mendayagunakan nalar untuk melakukan riset, membaca jejak-jejak kebesaran-Nya yang terhampar di alam semesta. Research terdiri atas dua kata: re-search, artinya selalu berusaha menggali dan menggali lagi serta memperluas untuk menembus batas capaian ilmu yang diraih hari ini karena sesungguhnya ilmu Allah itu tak terbatas.
Kehadiran sosok Muhammad Rasulullah dan Alquran telah mengubah orientasi cara berpikir masyarakat Arab yang kala itu sangat ”kabilahisme sentris” menjadi berpikir kosmopolit.Tradisi dan energi saling berperang antarsuku diubah menjadi kekuatan konvergen lalu diarahkan untuk membangun peradaban baru yang bersifat kosmopolit, melewati batas etnis dan teritori primordial mereka.
Karenanya, pusat-pusat peradaban Islam bermunculan di berbagai wilayah di luar Makkah-Madinah, tempat Alquran diwahyukan. Semua ini terjadi karena kehadiran Alquran mampu mengubah mindset mereka. Pranata dan wibawa hukum ditegakkan sehingga muncul masyarakat Madinah, sebuah kata konseptual-idiomatik yang mengacu pada supremasi hukum di atas kekuatan individu dan suku.
Dengan demikian,kata Madinah juga mengandung makna contractual society dan civilized society. Meskipun Rasulullah Muhammad memegang kepemimpinan tertinggi dan absolut,namun beliau meletakkan dasar-dasar masyarakat partisipatif-kontraktual yang pada abad modern menjadi preferensi dan arus utama pemikiran politik.
Heterogenitas suku dilebur ke dalam sebuah citacita dan mimpi besar yang kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan peradaban yang jangkauannya melampau batas teritori,batas etnis, dan jauh mendahului pikiran zaman. Hanya dalam waktu yang amat singkat,menurut ukuran sejarah, dengan bimbingan Alquran masyarakat Arab berubah secara drastis: dari masyarakat jahiliyah menjadi pusat dan sumber penggerak peradaban dunia.
Pesan tauhid telah mengubah mindset mereka sehingga yang tadinya selalu berorientasi pada kepentingan suku dan etnis, lalu mampu melihat kesatuan dan persaudaraan sesama manusia sejagat sebagai sama-sama hamba Allah. Pesan tauhid juga telah mengubah mindset mereka yang tadinya membanggakan kelas sosial karena hubungan darah dan basis ekonomi,berubah menjadi masyarakat yang memperjuangkan paham egalitarianisme dengan mengedepankan integritas (akhlak) dan prestasi (amal saleh).
Berkat pesan Alquran yang mendorong umat Islam untuk selalu mencintai ilmu pengetahuan dan menjunjung tinggi peradaban,muncullah pusat-pusat kebudayaan Islam di berbagai belahan bumi dengan ciri inklusif, yaitu sikap kritis-apresiatif terhadap peradaban luar yang dijumpainya seraya tetap setia pada tauhid yang menjadi jati dirinya.
Perjumpaannya dengan warisan intelektual Yunani telah mendorong lahirnya pemikiran filsafat dan teologi dalam Islam, sehingga muncullah filsuf dan teolog muslim kelas dunia yang turut berjasa bagi kebangkitan Eropa modern. Ketika umat Islam masuk ke India yang kental dengan pengaruh Hindu, muncullah mazhab tasawuf atau mistik Islam.
Semua ini merupakan contoh adanya sikap kreatifinovatif dalam mengembangkan peradaban Islam yang dimotivasi oleh Alquran. Begitu pun ketika Islam masuk ke Nusantara, maka dengan sangat bijak para penyebar Islam itu menghargai tradisi luhur yang dijumpainya sambil memperkenalkan ajaran Alquran, sehingga antara agama dan budaya setempat saling menopang, saling mengisi.
Agama tidak bisa berkembang tanpa wadah budaya, dan budaya akan kehilangan arah dan ruh tanpa bimbingan agama. Inklusivitas peradaban Islam secara simbolik ditampilkan oleh bangunan masjid. Inti dari masjid adalah aktivitas salatnya, sedangkan arsitektur dan berbagai peralatan lain yang mendukungnya sangat terbuka untuk berinovasi dan menampung beragam unsur budaya dari luar.
Karena itu di berbagai belahan dunia terdapat arsitektur masjid yang sangat bervariasi, dipengaruhi oleh budaya setempat. Bahkan yang namanya ”menara”, berasal dari kata ”manaroh” yang artinya tempat api sebagai ritus pemujaan pada Dewa, lalu oleh Islam dimodifikasi sebagai tempat azan.Teknologi azan ini pada perkembangan selanjutnya bahkan dilengkapi pengeras suara dan kaset yang jelas tidak dikenal di masa Rasulullah Muhammad.
Masyarakat Arab yang tinggal di padang pasir ketika Islam mulai berkembang tidak memiliki prestasi arsitektural, misalnya dome (kubah), kecuali wujud bangunan Kakbah yang begitu simpel dan dalamnya pun kosong. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya ajaran dasar Islam sangat terbuka dan menghargai peradaban unggul dari mana pun datangnya.
Jebakan Sejarah
Bangunan peradaban yang kokoh selalu ditopang oleh empat pilar utama, yaitu: kekuatan politik yang menjamin kohesi sosial, kekuatan ekonomi yang menjamin kesejahteraan warga, dan pusat-pusat lembaga pendidikan yang berkualitas, serta nilai-nilai luhur keagamaan yang menjadi sumber makna dan tujuan hidup. Keempat pilar ini terlihat jelas dalam sejarah Islam di abad-abad lalu.
Di samping kekuatan politik dan ekonomi, dunia Islam memiliki pusat-pusat pendidikan yang berkelas dunia. Penafsiran secara intelektual terhadap ayat-ayat Alquran berlangsung serempak dengan riset dan penafsiran terhadap ayat-ayat semesta, hukum sejarah dan kajian humaniora yang semuanya merupakan ayat Allah yang saling menafsirkan dan menjelaskan satu terhadap yang lain.
Namun, ketika perhatian pada pengembangan ilmu dan peradaban terabaikan akibat para penguasa disibukkan oleh perebutan warisan politik dan perang antardinasti dan suku berkepanjangan, kurva peradaban Islam menurun. Waktu itu kajian Alquran dipisahkan dari kajian teks kauniyah,tarikhiyahdan nafsiyah yang bersifat induktif dan empiris, lalu wacana keislaman cenderung tekstual-normatif-deduktif.
Padahal janji Allah, bumi ini akan diwariskan pada hambahamba- Nya yang saleh. Jadi,untuk melaksanakan misi kekhalifahan manusia guna membangun peradaban di muka bumi tidak bisa dipisahkan dari kesalehan, prestasi iman dan penguasaan ilmu pengetahuan. Saleh pada dimensi esoterik adalah mereka yang imannya teguh, berhati, dan berperilaku mulia, mereka yang senang dan taat beribadah.
Lalu saleh dalam dimensi eksoterik adalah mereka yang mampu bekerja secara profesional, yang memiliki skill dan kompetensi. Pribadi seperti itulah yang akan dipercaya tidak saja oleh Allah, namun juga oleh manusia, yaitu mereka yang memiliki integritas,skill, dan visioner—orang-orang yang layak menerima sebuah amanat untuk menjadi pemimpin umat dan bangsa.
Tahapan historis dari konsolidasi sosial-politik, ekonomi dan pendidikan yang pernah dibangun oleh umat Islam di masa lalu sehingga mencapai puncak kejayaan pada zamannya, hal serupa juga terlihat pada eksperimen sejarah di berbagai negara maju di abad modern ini. Negara yang tergolong maju pasca-Perang Dunia II adalah mereka yang berhasil melakukan konsolidasi politik, ekonomi,lalu naik ke tahap pendidikan dan peradaban menjadi agenda utamanya.
Tanpa pendidikan dan pusat riset unggulan yang bertaraf internasional, kekayaan alam yang dimiliki sebuah bangsa tidak sanggup menciptakan berkah-kemakmuran (blessing), tapi potensial menjadi sumber bencana dan kutukan (curse). Sebuah nilai tambah (added value) dari kekayaan alam maupun budaya akan diraih ketika sebuah bangsa berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi, dan peradaban.
Itulah yang pernah dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya dengan spirit dan panduan Alquran, sehingga padang pasir Arabia waktu itu yang sama sekali tidak menarik bagi pengunjung luar tibatiba menjadi mata air peradaban yang monumen dan getarannya masih bisa dilihat dan dirasakan sampai hari ini. Sekarang ini kita hidup dalam masyarakat horizontal, ”the world is flat”.
Sebuah momentum dan tantangan untuk menerjemahkan konsepIslamsebagai” rahmatbagi alam” yang menuntut pembuktian empiris-horizontal. Sehebat ajaran agama apa pun yang diyakini secara teologisvertikal, kehebatandankeunggulannya sulit dipasarkan padaduniakalautidakdisertai bukti dan prestasi empiris yang terukur dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pengguna jasa (users).
Kata rahmatan lil’alamin sendiri mengasumsikan umat Islam harus memiliki mindset kosmopolitanisme, sebagai pengibar panji perdamaian dan peradaban yang disebarkan dengan kasih sayang, ke dalam pergaulan masyarakat global yang sangat plural,baik dari segi bangsa,budaya,maupun agama.(*)

(Naskah ini pernah disampaikan pada Peringatan Nuzulul Qur’an tingkat nasional bertempat di Masjid Agung Purwokerto,17 September 2008,dengan beberapa pengeditan)
Tulisan ini pernah dimuat di Seputar Indonesia, 19 Septermber 2008

Perangi dampak negatif era globalisasi untuk mengembalikan bangsa ke jati diri yang sebenarnya

Seiring masa globalisasi yang berkembang dengan cepat,wajah indonesia seakan mengikuti arus.Bukan hanya menimbulkan dampak positif tapi juga dampak negatif yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian dan jati diri bangsa kita
Arus global yang besar seakan merasuk kedalam kehidupan masyarakat,pengaruh globalisasi yang kuat juga terjadi pada generasi muda membuat mereka kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa indonesia.Seperti contoh cara berpakaian mereka,memberi kesan yang cenderung mengarah ke kehidupan barat(asing).Berpakaian minim keliatan sexy memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak keliatan.Itu sudah jelas-jelas bukan jati diri atau tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa kita.Selain itu hair style tidak lepas dari gaya barat.Rambut di cat dengan warna yang beraneka ragam.Tidak banyak dari remaja yang menjaga jati diri kita sebagai bangsa yang berbudaya dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan identitas kepribadian bangsa kita.
Dilihat dari sikap dan perbuatan,mereka cenderung bebas tanpa beban.
Mengembalikan jati diri bangsa seakan sangat susah apa lagi harus di hadapkan dengan kehidupan era globalisasi yang menganut sistem kebebasan.Tanpa kesadaran dari masing-masing individu,jati diri bangsa sebagai negara yang berbudaya sulit kita capai.
Remaja cuek termasuk disaat mereka berinteraksi dengan orang tua,kesannya tak peduli akan kehidupan sekitar.Mereka betul betul terbawa arus globalisasi karena hal itu mereka bertindak sesuka hati,Seperti sekarang ini mereka membentuk gank atau organisasi di sekolah untuk melakukan hal hal anarki yang mengarah padah pengrusakan fasilitas umum.Jika mereka tidak bisa mengontrol diri kita bisa mengetahui dari sekarang bagaimana kehidupan bangsa kita nantinya.
Salah satu jati diri bangsa kita adalah rasa persatuan yang begitu kuat tapi sekarang karena kekuasaan,persatuan mulai pudar,mereka lebih memilih memisahkan diri dan membentuk kelompok kecil katanya buat cari sensasai dan perhatian.Membentuk komunitas kecil seakan kurang pas apa lagi jika komunitas itu menganut sistem kebebasan,hal seperti ini yang bisa memacu hilangnya rasa persatuan kita.Moral generasi bangsa jadi rusak ,timbul tindakan anarkis antar golongan muda dan lambat laun jiwa nasionalisme akan berkuran karena tidak adanya rasa cinta terhadap budaya bangsa kita sendiri dan hilangnya rasa peduli terhadap masyarakat.
Munculnya sikap individualisme menimbulkan rasa tidak peduli terhadap masyarakat,lingkungan dan bangsa
Inilah kenyataan yang merupakan zaman dimana kebebasan di wajarkan,hal yang tak baik di biasakan.Pengaruh barat harusnya disaring bukan mengikuti arus.Pergaulan bebas dimana mana,remaja yang mengatas namakan dirinya anak gaul bermunculan,banyakan nongkrong di mall daripada harus duduk diperpustakaan menambah ilmu.Hura hura,kehidupan malam,minuman keras,narkoba dll adalah di anggap teman hidup.Generasi muda sekarang harusnya sadar bahwa narkoba bisa merusak masa depan kita juga berdampak pada kehidupan jati diri bangsa kita.
Dimanakah idealisme kita saat arus globalisasi mengalir masuk dalam sistem kehidupan kita.Apakah jati diri bangsa harus rusak karena perubahan cara berfikir generasi muda yang mengarah ke negatif?
Globalisasi memang menyuntikkan dampak negatif yang sangat sangat besar kepada generasi mudah bangsa kita,pornografi sudah dianggap bukan hal yang tabu lagi.VCD porno,video atau photo-photo 18 tahun keatas sudah banyak dikonsumsi oleh anak anak SD apa lagi mereka yang sudah duduk di bangku SMP atau SMA.Barang barang diatas merupakan barang bebas dimana siapa saja apakah itu bocah kecil atau dewasa bisa dengan mudah mendapatkannya.Tak heran berawal dari nonton atau melihat sesuatu yang berbau porografi mengarah kepada pergaulan bebas.Jati diri bangsa kita tidak seperti itu,jika dibiarkan menjalar maka
mengembalikan jati diri bangsa yang bermoral sulit terwujud
Contoh kecil juga bisa kita rasakan,budaya asing sekarang menjalar kehidupan kita,dari segi makanan misalnya pizza,spagheti,coca cola.Sekarang produk-produk itu sering kita jumpai dimana saja.Hal merupakan tanda awal dimana budaya asing telah masuk.Banyak ibu ibu lebih memilih belajar bagaimana cara membuat makanan diatas padahal makanan tradisional sendiri tidak tahu cara membuatnya.Kita bisa juga liat dari segi bahasa yang di gunakan remaja sekarang,banyak modifikasi sehingga bahasa indonesia kehilangan cara mengeja yang benar.Y sebut saja bahasa gaul.Kalau dibiarkan terus bahasa resmi negara kita adalah bahasa indonesia akan berubah jadi bahasa gaul.he.he
kalo dipikir pikir lucu juga,perhatikan kalimat ini ‘’so what gitu lho” bahasa indonesia di gabung bahasa asing.Ini merupakan cara penggunaan bahasa yang tidak benar.Kalau kalimat itu di ucapkan kepada orang tua usia lanjut,mana mengerti
Jangan sampai melupakan ciri khas indonesia yang seharusnya dilestarikan,jangan sampai budaya asing nantinya menguasai kita dan mewariskan sesuatu yang bukan Jati diri bangsa kepada generasi berikutnya
Kita adalah bangsa indonesia,Dan warga yang baik adalah warga yang bisa menjaga kepribadian dan melestarikan kebudayaan bangsa.Generasi muda bangsa indonesia bukan sekedar sebagai penerus bangsa tapi juga menjadi tulang punggung bangsa kita.Ditangan kita nasib negara ini,ditangan kita jati diri sebagai bangsa indonesia bisa terjaga.
Dijaman era globalisasi sekarang ini kita dituntut untuk berfikir lebih kritis,analitis dan logis serta tetap dengan kuat berpegang teguh kepad PANCASILA agar kita tidak terjerumus termakan masa.
Mari bersama bersatu dimulai dari diri kita masinga-masing untuk memerangi dan menyaring budaya asing yang masuk ke negara kita.Jangan sampai jati diri dan kepribadian bangsa kita hilang.Kita harus terus menjaga dan melestarikan budaya kita.Mengembalikan jati diri dan kepribadian bangsa seperti dulu memang tidak mudah tapi hal ini juga tidak boleh dibiarkan terus menerus.Mari bersatu mengembalikan jati diri bangsa yang mulai hilang.
”Kontes SEO beritajitu.com”

Bahayanya Prasangka Buruk

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurât (49):12)


Prasangka buruk (su’udzon) seseorang terhadap orang lain dapat timbul karena melihat latar belakang seseorang. A mempunyai prasangka buruk pada B, karena B mempunyai latar belakang yang kelam. B pernah mendekam di penjara selama 5 tahun. Latar belakang kelam inilah yang membuat seseorang menjadi berprasangka buruk.


Saat ini prasangka buruk seseorang tidak ubahnya dengan tanaman. Mulai dari bibit, dirawat dengan disiram dan diberi pupuk. Acara-acara infotainment lah yang menjadikan prasangka buruk tertanam dalam diri manusia. Selebritis A yang digosipkan sedang dekat dengan seorang pejabat. Perceraian selebriti B dan C, diawali oleh rumor yang beredar. Rumor itu mengatakan bahwa ada orang ketiga dibalik perceraian selebriti B dan C.


Mendengar berita yang belum jelas seperti ini akan menyebabkan para penonton berspekulasi dan berprasangka buruk pada para selebriti yang sedang bermasalah.


Setelah menerima berita gosip dan rumor ini, penonton pertama menyebarkan berita itu kepada orang lain, taruhlah namanya si D. D pun akhirnya ikut berprasangka buruk. Begitu seterusnya, prasangka buruk mewabah dan menjadi tren dalam masyarakat Indonesia.


Prasangka buruk akan menjadi sesuatu yang berbahaya bila terjadi antara suami dan istri. Mulanya prasangka buruk, namun ujungnya dapat menjadi menuduh seseorang yang mulia telah melakukan perbuatan zina. Menuduh orang beriman telah melakukan perbuatan zina -padahal dia tidak melakukannya- merupakan perbuatan dosa besar.


Dari Abu Hurairah ra. Nabi Saw. bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang menghancurkan.” Para sahabat bertanya, “Apa saja wahai Rasul?” Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukmin yang menjaga diri.” (HR. Bukhari Muslim)


Bila prasangka buruk berujung pada tuduhan melakukan perbuatan maksiat, maka hal ini menjadi sesuatu yang berbahaya. Apalagi bila terjadi dalam hubungan suami istri.


Bila sudah seperti ini, syetan akan membisikkan hal-hal yang semakin memperkeruh suasana. Tujuan syetan dalam memperkeruh suasana adalah agar suami istri itu bercerai. Bila syetan berhasil menjadikan pasangan suami istri bercerai, maka hal ini termasuk prestasi syetan yang tertinggi.


Dari Jabir bin Abdullah ra dari Nabi Saw yang berkata: “Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengutus para anak buahnya. Mereka yang paling bawah dari iblis posisinya adalah mereka yang paling parah fitnahnya. Salah satu dari mereka datang seraya berkata: ‘Aku telah melakukan ini dan itu.’ Lalu iblis berkata kepadanya: ‘Kau tidak melakukan apa-apa.’ Lalu salah satu dari mereka datang seraya berkata: ‘Aku tidak meninggalkan manusia sehingga aku telah memisahkan dirinya dengan istrinya.’ Lalu Iblis memposisikan anak buahnya ini dibawahnya seraya berkata: ‘Alangkah hebatnya kamu. Maka iblis menjadikannya sebagai pembantunya.” (HR. Muslim dan lainnya).


Ternyata prasangka buruk itu bukan perbuatan yang dapat dianggap ringan. Karena prasangka buruk dapat mengantarkan seseorang melakukan perbuatan dosa besar, yaitu menuduh orang-orang baik melakukan perbuatan maksiat. Prasangka buruk manusia akan menjadi makanan empuk bagi syetan. (arnab)

Stratifikasi Sosial

STRATIFIKASI SOSIAL
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Pengertian

Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.